Senin, 21 November 2011

CINTA


CINTA DALAM ELEGI
4

                “Ja, lo kenapa?” tanya Rafael pada Senja. Sepertinya Rafael menyadari bahwa Senja dari tadi hanya melamun saja.
                “Gue nggak kenapa-kenapa kok,” jawab Senja lalu pergi meninggalkan sahabat-sahabatnya. Rafael ternyata mengikutinya dari belakang. Dia tahu Senja begitu karena sedang ada masalah.
                Senja berhenti di lapangan basket. Tiba-tiba...
                TEEEEEEEEETTTTT.... TEEEEEEETTTTT..... TEEEEEEEEEETTTTTTTT....
                Bel berbunyi. Setelah ini kelas Senja cs dapet pelajaran Bahasa Jepang. Tapi, Senja bukannya masuk ke kelas malah tetep di lapangan basket.
                “Ja, udah yuk ke kelas,” ajak Rafael.
                “Lo aja sana gih.”
                “Ya udah deh, gue duluan ya.”
                Rafael lalu pergi meninggalkan Senja. Tak beberapa lama setelah Rafael pergi, Senja akhirnya memutuskan untuk kembali ke kelas.
                Oh, ternyata Bu Miyabi udah di kelas. Sebenernya nama aslinya Bu Miyabi itu Miyati. Tapi, murid-muridnya aja yang suka mlesetin biar jadi mirip sama nama Jepang.
                Melihat kedatangan Senja yang telat. Telat 15 menit lagi. Langsung aja mata Bu Miyabi melotot gitu ke arah Senja. Bisa-bisanya Senja jalan santai banget ke kursinya.
                “SENJA?! Ngapain aja kamu baru masuk?!”
                “Abis dari lapangan basket, Bu.”
                “Kenapa baru masuk?!”
                “Lagi pengen, Bu. Nggak boleh ya, Bu?”
                “IYAAA!!!”
                “Ya, udah deh, Bu. Pisss. Damai ya, Bu. Bu Miya cantik deh.”
                Setelah ngomong gitu sekelas langsung ribut dan meneriakkan kata “CIEEEEE...”
                Sepertinya Bu Miya marah. Dia langsung mengambil tasnya dan tidak kembali.
                Sekelas ribut banget. Mereka sepertinya terlihat sangat gembira bisa terlepas dari pelajaran yang membuat puyeng kepala itu. Apalagi gurunya juga bisa dibilang “ladak”. Hehehe, pisss.
                “Boss, hebat lo!” teriak Dicky sambil menepuk pundak Senja.
                “Hahaha, udah biasa gue godain Bu Miya.”
                “Emang deh lo juaranya kalo yang begituan,” kata Reza.
                “Top markotop deh, Ja,” Rangga ikutan.



TO BE CONTINUED...


maaf ya kalo jelek, gaje, sedikit, ga seru, dsb     

By: admin1_wulan
NO EDIT+NO COPAS

CINTA

CINTA DALAM ELEGI
3

                Saat Bulan menatapnya. Manik matanya yang berwarna hitam pekat itu memfokuskan perhatian matanya ke arah manik mata Bulan. Ryn teman semeja Bulan segera menghampiri Bulan.
                “Lan...” Ryn menarik tangan Bulan untuk menjauh dari cowok itu.
                “Lo Senja kan?” tanya Bulan pada cowok yang berada di depannya itu.
                “Iya,” jawabnya singkat.
                Tiba-tiba seseorang menghampiri mereka bertiga. Dia datang sambil menepuk pundak Senja. Sontak saja, kedatangan Senja ke kelas Bulan menjadi pusat perhatian. Banyak murid lain yang ingin mengetahui apa yang terjadi. Mereka bertiga menjadi tontonan.
                “Eh, ati-ati ya lo kalo ngomong! Jelas-jelas lo sama Senja juga lebih tua Senja tau!” bentak Ilham.
                “Maaf ya kak, Bulan ini baru masuk pertama kali di sekolah ini. Jadi dia belum tau. Maaf banget ya kak,” bela Ryn.
                “Oh! Kalo gitu mulai detik ini lo ajarin dia sedikit sopan sama senior!” bentak Ilham lagi.
                “Ilham! Udah!” Senja menghentikan bentakan Ilham.
                Semuanya terdiam. Tidak ada yang berani berbicara lagi. Suasana kembali hening. Tiba-tiba Senja menarik tangan Bulan. Ryn dan Ilham mengikuti di belakangnya.
                Senja melepaskan genggaman tangannya. Dia menatap mata Bulan dalam-dalam. Ilham mencegah Ryn mendekati mereka berdua. Ilham hanya memegangi tangan Ryn agar tidak lepas.
                “Kak?” kata Bulan akhirnya.
                “Iya, Lan,” masih memandangi Bulan.
                “Maafin gue sebelumnya. Karena suatu saat gue bakal sering bikin lo nggak nyaman dan nangis. Maafin gue,” kata cowok berperawakan tinggi itu.
                Bulan hanya menatap cowok yang ada di depannya.
                “Maksudnya, kak?”
                “Nanti juga lo tau.”
                Senja lalu berbalik dan pergi meninggalkan Bulan sendirian. Ilham lalu melepaskan tangan Ryn dan mengikuti Senja.
S
K
I
P
                Seluruh anak yang bisa dibilang kelompok anak biang onar itu berkumpul di lapangan futsal. Seperti biasa mereka hanya sibuk ngerumpi alias ngobrol-ngobrol doang. Tapi sepertinya ada yang aneh dengan Senja. Senja dari tadi hanya melamun saja. Dia tak memperdulikan obrolan teman-temannya. Dia sungguh berbeda saat itu.



TO BE CONTINUED...


maaf ya kalo jelek, gaje, sedikit, ga seru, dsb     

Sabtu, 19 November 2011

CINTA


CINTA DALAM ELEGI
2

                “Sorry, bisa nggak lo lepasin?” tanya cewek itu.
                “Oh, iya,” kata Senja tiba-tiba.
                “Wow, si Boss so sweet banget,” komentar Rangga.
                “Diem ah lo!” omel Morgan.
                Senja dengan hati-hati membantu cewek itu berdiri. Di tatapnya wajah cewek itu. Cewek itu mirip dengan mimpinya saat dia masih kecil. Senja sangat penasaran. Dia juga heran kenapa tuh cewek bisa mancarin cahaya.
                “Kalo boleh tau nama lo siapa?” tanya Senja pada cewek itu.
                “Nama gue Bulan Purnama. Panggil aja gue Bulan. Kalo lo?”
                “Ya ampun, nama tuh cewek persis banget sama yang ada di mimpi gue. Dan di mimpi gue dia bilang ‘gue akan bantu lo untuk nyelesaiin masalah lo yang rumit’. Sebenernya maksudnya apa?” kata Senja dalam hati.
                Cewek yang baru diketahui bernama Bulan itu melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Senja yang dari tadi bengong terus. Senja masih terus memikirkan mimpi itu.
                “Hai, lo kenapa? Kok nggak jawab pertanyaan gue?” tanya Bulan yang masih melambaikan tangannya di depan wajah Senja.
                “Eh, iya, nama gue Matahari Senja. Panggil aja gue Senja,” jawab Senja kemudian.
                Setelah ngomong itu, Senja cs lagsung balik badan dan menjauh dari pandangan Bulan. Bulan masih merasa aneh dengan Senja. Akhirnya, Bulan putuskan untuk memasuki kelasnya.
S
K
I
P
“Za, ntar lo cari tau semua info cewek yang namanya Bulan tadi. Dan lo, Dick, cari tau alamat rumah dia. Okay?” perintah Senja.
“Siiip,” jawab Reza.
“Okeee,” kata Dicky.
“Kenapa sama lo? Lo kan biasanya nggak doyan banget deket sama cewek. Lo juga nggak terlalu perhatian sama cewek kan?” tanya Rangga.
                “Emang kenapa kalo gue perhatian sama dia? Salah?” tanya Senja.
                “Nggak juga sih, Ja,” kata Rangga akhirnya daripada dia harus berdebat dengan Senja.
                Tiba-tiba Senja bangun dari tempat duduknya. Dia segera menuju ke kelas 10 IPA 1. Dia hanya berhenti di depan pintu kelas itu. Semua anak yang melihatnya segera minggir. Mungkin mereka takut dengannya.
                Beberapa saat kemudian, Bulan keluar dari kelasnya. Saat Bulan keluar, Senja langsung menghadangnya. Hening. Tak ada suara sama sekali.


TO BE CONTINUED...


maaf ya kalo jelek, gaje, sedikit, ga seru, dsb     

Jumat, 18 November 2011

CINTA


CINTA DALAM ELEGI
1

Senja memang sangat hobi bikin emosi. Tapi, dia adalah anak yang sangat cerdas. Buktinya, dia memperoleh rangking 1 satu sekolahan. Dia itu jago di segala bidang pelajaran, kecuali mata pelajaran Bahasa Jepang.
Pukul 06.00, Senja sudah berada di sekolah bersama gengnya. Seperti biasa, dia selalu bikin keonaran di sekolah. Dia memasang tikus di depan pintu gerbang dan tokek di koridor utama. Setelah selesai memasang semua jebakan itu, mereka kemudian ngacir ke lapangan futsal.
Tepat pukul 06.30 sekolah sudah ramai. Tiba-tiba...
“AAAARRRGGHHHH... TIKUUUSSSS!!!!” teriak salah seorang di antara kerumunan berjubel yang ada di depan pintu gerbang di sekolah. Senja, Bisma, Rafael, Dicky, Reza, Morgan, Ilham, dan Rangga langsung melihat apa yang terjadi. Ternyata Miss Ana yang nginjek itu tikus. Miss Ana itu sebenernya takut kalo ketemu sama Senja cs, soalnya biasanya dia digodain sama mereka.
“SENJAAA!!!” teriak Miss Ana.
“Iya Miss,” kata Senja.
“Kamu yang melakukan semua ini kan?!” bentak Miss Ana.
“Bukan Miss. Tikusnya sendiri yang nongkrong di situ. Mungkin tikusnya itu suka sama Miss Ana,” kata Senja.
Karena Miss Ana idak ingin berdebat terlalu lama dengan anak itu, akhirnya dia mmilih pergi dengan wajah cemberut bercampur kesal menjadi satu.
                Senja melihat ke arah pintu gerbang sekolah itu. Dilihatnya dari kejauhan cewek manis, cantik, putih, pokoknya menurut dia cewek itu perfect banget.
                “Gila... Tuh cewek perfect banget. Dari jauh dia bersinar bagai rembulan,” kata Senja dengan suara lirih.
                “Lebay lo, Ja,” komen Bisma.
                “Mana sih cewek yang lo anggap perfect itu?” tanya Ilham.
                “Tuh... yang lagi lewat depannya Pak Agus,” Senja menunjuk ke arah cewek itu.
                “Iya ya, kok bisa kayak dia mancarin cahaya gitu ya,” komen Rafael.
                Saat itu juga cewek itu melewati Senja dan kawan-kawannya. Jalan cewek itu sempoyongan, Senja segera menghampirinya dan menangkapnya dengan membalikkan arah gravitasi. Cewek itu kaget. Mata Senja dan cewek itu saling berpandangan. Cukup lama.

Apa yang akan terjadi selanjutnya?