Hari ini suasana hatiku sedang kalut. Entah kenapa. Aku pun tidak tahu. Biasanya, saat ini Nabila sudah berangkat sekolah. Tapi dari tadi aku tak melihat batang hidungnya. Nabila, dia sahabatku satu-satunya. Dia cantik, pintar, baik hati, manis, dan masih banyak lagi semua tentangnya. Hanya dia yang bisa mengerti diriku.
Sepulang sekolah, aku segera berganti baju.
“Bu, Chaca pergi dulu ya, mau ke rumah Nabila,” pamitku pada Ibuku yang sedang berada di dapur.
“Ya, hati-hati,” kata Ibuku dari dapur.
Aku segera mengambil kunci sepeda dan langsung pergi. Ibuku yang sedari tadi melihatku dari dapur hanya geleng-geleng kepala.
***
“Bila... Nabila... Permisi...” panggilku dari depan pintu gerbang rumah Nabila.
Tak ada jawaban.
“La... Nabila...” aku mulai berteriak.
Dari dalam rumah itu muncul sesosok tubuh yang aku kenal. Ya, dia adalah Yovie, adik laki-laki Nabila yang sekarang duduk di kelas 9 SMP. Dia kemudian menghampiriku.
“Kak Chaca ya?” tanyanya.
“Iya. Yov, kak Nabila-nya ada?”
“Kak Nabila...” kata Yovie terputus.
“Nabila kenapa? Apa yang terjadi sama Nabila? Yov, kenapa Nabila?” entah kenapa aku jadi sangat panik. Ada rasa takut yang menyergapku. Takut akan kehilangan seseorang yang sangat aku sayangi.
“Kak Nabila sekarang sedang berada di Rumah Sakit Harapan kak...”
“Dia kenapa?”
“Kak Nabila mengidap penyakit kanker otak, dan sekarang koma,” Yovie yang tadinya terlihat tenang, kini mulai menangis.
“What?! Tidak mungkin!!” teriakku. Rasanya tubuhku lemas. Jantungku seperti akan remuk. Dan rasanya denyut nadiku ini hampir berhenti.
***
Hari demi hari berlalu, bulan demi bulan berganti, sudah hampir setahun Nabila terbaring koma di rumah sakit. Kini aku sudah lulus SMA. Seharusnya Nabila pun begitu. Seharusnya saat ini kami sedang berbahagia. Tapi kini yang ada malah terbalik dari kebahagiaan menjadi kesedihan. Padahal kami berdua sudah berjanji, jika kelak kami berdua lulus kami akan mengambil jurusan yang sama, yaitu kedokteran. Dan kami juga berjanji akan bersekolah di universitas yang sama.
***
Aku langsung menyambar jaket dan kunci mobilku. Yapz, hari iniaku akan menjenguk Nabila. Sudah 3 hari aku tidak menjenguknya. Setelah setengah jam perjalanan, sampailah aku di rumah sakit tempat Nabila dirawat.
Aku lalu memarkirkan mobilku dahulu. Setelah itu aku segera menuju ke kamar rawat no 307, tempat Nabila dirawat. Dari luar, tampak sesosok tubuh terbaring lemah tak berdaya. Aku segera masuk dan duduk di sampingnya.
“Nabila, how are you?” bisikku di telinganya.
Nabila diam saja. Tak menjawabku. Tapi, tiba-tiba tangannya bergerak. Mata Nabila pun mulai terbuka.
“Om, Tante, Yovie, Nabila sadar!” teriakku tiba-tiba.
Kedua orang tua Nabila dan Yovie segera mendatangiku. Mereka nampak menangis bahagia.
“Chaca?” tanya Nabila dengan suara lemah.
“Iya, Bil. Ini aku Chaca,” kataku sambil memegangi tangan Nabila.
“Cha, aku harap kamu bisa jadi dokter yang sangat hebat seperti apa yang kamu inginkan. Aku sangat yakin kamu pasti bisa. Jangan seperti aku ya. Oh iya Cha, maafin aku ya karena aku nggak pernah cerita sama kamu tentang penyakitku ini. Karena aku takut kamu terus mengkhawatirkanku. Maafin aku juga ya, karena aku nggak bisa tepatin janji aku sama kamu. Lagipula aku juga yakin pasti umurku nggak akan lama lagi. Buat Yovie, jangan nakal ya. Yang nurut sama Mama dan Papa. Mama, Papa, jaga kesehatan ya. Cha, you always in my heart. Never say never. I hope you will be the best,” pesan Nabila pada kami semua.
“Iya, Bil. Pasti,” kataku tak kuasa menahan air mata yang terus mengucur deras di pipiku.
“Friends forever... to be always toge.. ther. Not to cry... because... I for... you,” kata Nabila padaku, dan kemudian dia menghembuskan nafas terakhirnya.
TUUUUUUUUTTTTTTT.... Suara dari sebuah alat yang berada di samping Nabila. Yang menandakan bahwa Nabila sudah pergi untuk selamanya.
“NABILA!!!” teriakku.
***
Impianku bersama nabila sudah terwujud sekarang. Aku selalu membayangkan bahwa Nabila selalu ada di sisiku. Aku selalu mengingat pasan terakhirnya. NEVER SAY NEVER and Nabila, you always in my heart. I heart you, Nabila.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar