Minggu, 13 November 2011

SINOPSIS NAUGHTY KISS EPS. 16 #EPS TERAKHIR

Di episode ini Seung Jo dan Ha Ni datang ke kampus mengendarai sepeda,  Seung Jo langsung memarkirkan sepedahnya dan bertemu dengan He Ra. He Ra bertanya, “Kenapa kau bisa datang dengan menggunakan sepedah? Ah sepertinya sepedah kau dan Ha Ni memakai sepedah pasangan ya?” Seung Jo menjawab, “Ini semua karena ibuku. Bahkan dia tadinya ingin memakaikan baju pasangan padaku juga.” He Ra tertawa lalu bertanya, “Tapi… Kenapa kau tidak memakai cincin yang begitu penting?” Seung Jo menjawab, “Aku akan mengenakannya setelah mendapat surat izin menikah.” He Ra kebingungan namun Seung Jo langsung mengajak He Ra pergi bersama.
Seung Jo memberi tahu hal itu pada He Ra dan He Ra berkata pada Ha Ni, “Ha Ni jadi kau dan Seung Jo belum menikah secara hukum?” Ha Ni berkata, “Apa yang kau bicarakan hah? Langit dan bumi pun sudah tahu bahwa kami sudah menikah. Apakah kau tahu berapa saksi yang melihat pernikahan kami? Ah bukankah kau juga menyaksikannya.” He Ra berkomentar, “Tapi tetap saja ini belum sah secara hukum. Kau memerlukan Stempel dari pengadilan khusus. Ah kalau begitu ini artinya aku masih memiliki kesempatan, bukan?” He Ra mengejar Seung Jo dan langsung merangkul tangan Seung Jo sementara itu Ha Ni terlihat cemburu melihat itu.

He Ra bertanya pada Seung Jo, “Benarkah hal itu? Jadi dia akan masuk fakultas perawat hanya karena kau menjadi dokter?” Seung Jo menjawab, “Ya.” He Ra tersenyum dan berkata, “Wow Oh Ha Ni benar-benar mengangumkan. Dia itu seperti bintang yang ada di orbit Seung Jo.” Seung Jo berkomentar, “Apakah maksudmu itu orbit bumi yang mengelilingi matahari?” He Ra berkata, “Hah? Hey apakah kau ini tipe macho?” Seung Jo hanya tersenyum mendengar hal itu.
Ha Ni pergi ke perpustakaan dan meminjam banyak buku. Ha Ni bergumam, “Apa? Memiliki kesempatan? Benar-benar tidak bisa di percaya! Dan Baek Seung Jo tidak akan mendaftarkan pernikahan ini secara hukum hingga aku masuk jurusan Perawat? Benar-benar menjengkelkan dan kekanak-kanakan!” Omongan Ha Ni itu terlalu kencang sehingga orang-orang di sekitar Ha Ni mendengar hal itu dan langsung pergi.
Ha Ni mulai membuka buku dan bergumam, “Baiklah. Karena ini menjengkelkan dan kekanak-kanakan maka aku akan membuktikannya dengan lulus tes ujian perawat.”
Joon Gu mendapatkan ide untuk membuat menu khusus bekal makan siang dan dia menjelaskan semua itu pada Papah Ha Ni. Ada tamu yang datang ke Restaurant dan itu adalah Christine si wanita asing itu. Joon Gu terlihat kesal melihat dia namun Papah meminta Joon Gu melayaninya sehingga Joon Gu pun mau tidak mau harus menghampiri Christine.
Joon Gu bertanya, “Kau mau pesan apa?” Christine menjawab, “Kali ini aku ingin makan mie Sam Gye.” Joon Gu berkomentar, “Kenapa kau setiap hari selalu makan mie? Kau perlu makan nasi dan roti juga.” Christine berkata, “Aku tidak hanya makan mie. Aku juga ingin makan kimchi timun yang kau buat. Sangat enak. Sepertinya aku sudah kecanduan sekali.” Joon Gu berkata, “Ah sayang sekali Kimchi Timun sudah habis.” Christine bertanya, “Benarkah? Ah sayang sekali…” Christine langsung terlihat kecewa.
Joon Gu melihat sesuatu yang di bawa oleh Christine dan dia bertanya, “Ah apa itu? Terlihat bagus.” Christine berkata, “Ini adalah Terere. Biasanya di pakai untuk minum Mate Tea dingin. Apa kau mau mencobanya?” Joon Gu bertanya “Yay kenapa aku harus meminum apa yang kau minum juga?” Christine menjawab, “Kami selalu meminum ini dan berbagi. Ini yang di namakan berbagi pada teman.” Joon Gu tetap menolak dan berkata, “Kenapa orang-orang berbagi hal itu? Aku akan mendapatkan bakteri, singkirkanlah cepat!” Christine berkata, “Tenang saja terere ini memiliki bahan khusus yang bisa membunuh bakteri.”
Christine berkata, “Minumlah ini dan kita bisa menjadi teman.” Joon Gu menolak dan berkata, “Tidak! Aku tidak ingin menjadi temanmu jadi cepatlah makan mie-nya dan segera pergi. Ok?” Christine berkata, “Kalau begitu jadilah pacarku. Aku menyukaimu Tuan Bong Joon Gu sejak pertama kali bertemu. Jadi mari kita menjadi pasangan saja.”
Semua pelayan toko dan Papah diam-diam melihat hal itu dan tersenyum. Joon Gu berkata, “Oh tuhan apakah gadis ini Gila? Hey sudah aku katakan bahwa aku ini menyukai seseorang!” Christine berkomentar, “Bohong! Aku setiap hari datang kemari dan tidak pernah melihat perempuan yang kau suka itu! Aku juga bahkan tidak pernah melihatmu pergi berkencan dengan seseorang.” Joon Gu berkata, “Apakah jika aku menyukai seseorang maka aku harus pergi kencan dengannya dan menjadi pasangannya? Hanya diriku dan hatiku yang dapat melihat dia seorang.” Christine kesal dan bergumam, “Huh apa-apaan ini.” Joon Gu berkata, “Mulai sekarang jangan datang lagi kemari. Mengerti? Jangan datang!”
Joon Gu kembali ke dapur dan para pelayan dan Papah Ha Ni langsung kembali bekerja seperti semula. Sementara itu Christine terdiam sedih.
Ha Ni sedang menelfon dengan Min Ah dan bilang bahwa mereka akan bertemu nanti. Kyung Soo lewat dan berkata, “Hey Oh Ha Ni. Sudah lama tidak melihatmu. Kenapa kau tidak pernah datang ke klub tennis? Apa karena kau sudah menikah maka kau membolos hah?” Ha Ni menjawab, “Bukan begitu…”
Ha Ni lalu menjelaskan semuanya pada Kyung Soo dan Kyung Soo terlihat kaget dan bertanya, “Apa? Kau akan pindah jurusan?” Ha Ni menjawab, “Hmm ya. Aku putus asa sekarang ini.” Kyung Soo lalu berkata, “Ah aku tahu sedikit tentang jurusan perawat karena ada temanku yang mengambil jurusan itu juga. Pekerjaan dan kompetensi itu sangat berat. Jadi sangat sulit sekali masuk jurusan itu makanya tidak banyak yang mengambil jurusan itu. Bagaimana bisa kau masuk jurusan itu jika kau tidak mencobanya terlebih dahulu hah?” Ha Ni berkata, “Aku tahu hal itu tapi aku akan mencobanya untuk masuk ke jurusan itu.”
Kyung Soo bergumam, “Sebaiknya kau mengulang di Universitas lain saja dengan jurusan yang sama yaitu Ilmu Sosial.” Ha Ni berkata, “Huh mencoba kembali? Tidak mungkin. Tidak akan ada topan yang datang dua kali dalam wkatu yang bersamaan!” Kyung Soo bertanya, “Topan? Apa itu?” Ha Ni menjawab, “Hanya perumpaan saja.”
Kyung Soo lalu berkata, “Ha Ni.. Ada sesuatu yang ingin aku katakan.” Ha Ni balik bertanya, “Sesuatu? Apa dengan He Ra? Ah apa kalian berpacaran?” Kyung Soo menjawab, “Bukan itu. Tapi ya kami berkencan dan makan hot dog bersama.” Ha Ni berkomentar, “Hah hot dog? Apa itu?” Kyung Soo menjawab, “Hey Hot Dog itu sangat penting. Tapi kenapa bisa seperti ini? Bisakah seseorang menyukai sebegini besar perasaannya?” Ha Ni menepuk Kyung Soo dan berkata, “Tentu saja itu mungkin.” Ha Ni tersenyum lalu pergi.
Ha Ni dan Min Ah bersama-sama datang ke salon Joo Ri dan Joo Ri reaksinya biasa saja tidak seceria biasanya. Joo Ri sedang memotong rambut seorang laki-laki dan dia diam saja sehingga Ha Ni dan Min Ah pun duduk terdiam. Saat laki-laki itu sudah pergi, Ha Ni dan Min Ah sama-sama saling menatap.
Joo Ri lalu bercerita pada Ha Ni dan Min Ah, “Dulu rambut laki-laki itu sebahu, bukankah itu panjang? Dia setiap hari datang kemari dan memintaku untuk memotong rambutnya sedikit demi sedikit. Tapi anehnya dia selalu datang saat jam kerja sudah selesai sehingga hanya aku yang bisa memotong rambutnya.” Ha Ni berkomentar, “Dia datang kemari untuk menemuimu.” Joo Ri tersenyum malu-malu. Min Ah berkata, “Mungkin saja. Untuk seseorang sepertimu yang tidak memiliki sertifikat, ini hal bagus.” Joo Ri kesal dan berkata, “Hey aku juga sedang belajar!”
Min Ah berkata, “Huh jika kau mulai berpacaran maka kau akan sibuk dan perteman kita bisa berakhir.” Joo Ri tertawa dan berkomentar, “Hey kau juga sangat sibuk dengan web mu itu.Karena itu lah hingga sekarang kau tidak memiliki pacar untuk kencan. Huh Min Ah kau ini hanya buang-buang waktu saja.” Ha Ni berkata, “Dia ini sangat keren. Hey Web buatanmu itu sangat bagus sekali Min Ah bahkan ratingnya pun sangat tinggi.” Min Ah ceria dan berkata, “Ya. Ah aku sudah meng upload yang baru lagi. Apakah kalian mau melihatnya?’
Min Ah menunjukan web cartoon yang di buatnya dan ternyata di web itu Min Ah membuat komik yang ceritanya itu mengenai kejadian saat bersekolah di SMA. Bahkan Min Ah pun membuat komik mengenai Ha Ni yang suka pada Seung Jo dan Seung Jo mengembalikan surat cinta yang di berikan oleh Ha Ni. Joo Ri berkomentar, “Huh kenapa kau menggambarku sebesar itu? Lihat tanganku sangat besar.” Sementara Ha Ni tertawa dan berkata, “Kenapa kau memasukan cerita ini? Hahahaha….”
Jo Ri berkata, “Kini Ha Ni menjadi istri dari Baek Seung Jo. Ini adalah sesuatu yang harus di lihat.” Min Ah tersenyum dan berkata, “Benar. Aku sangat tertarik sekali saat menggambar ini.” Ha Ni bergumam sedih, “Huh tapi aku belum menjadi istrinya secara sah.”
Ha Ni membantu Ibu Seung Jo mengelap piring dan berkata, “Semua orang berkata ini tidak mungkin. Tes untuk pindah jurusan ini sangat sulit. Dan mereka bilang sangat tidak mungkin aku masih jurusan perawat. Apa yang harus aku lakukan? Ijin pernikahan itu…” Ibu Seung Jo mendapatkan sebuah ide dan mengajak Ha Ni untuk pergi ke ruang belajar khusus.
Ibu Seung Jo membuka laptopnya dan mencari info mengenai cara membuat surat ijin pernikahan sendiri. Ha Ni berkata, “Tapi… Aku sudah berjanji padanya.” Ibu Seung Jo berkomentar, “Bagaimana bisa itu disebut janji jika dia melakukan hal ini sendiri? Ah ini lihat…. Suart ijin pernikahan harus di tandatangani oleh dua saksi. Ah baiklah Aku dan Bapa Seung Jo dapat menandatangi surat ijin itu.” Ha Ni sedikit ketakutan dan bertanya, “Apakah ini baik-baik saja?” Ibu Seung Jo menjawab, “Tentu saja ini baik-baik saja. Pertama kita akan melapor hal ini dan kau bisa mengambil tes perawat. Ah tapi ada masalah… Kita butuh kartu identitas Seung Jo. Apakah Seung Jo selalu membawa katu identitasnya?” Ha Ni kebingungan akan hal itu.
Ha Ni menempelkan telinganya di pintu kamar mandi dan mendengar bahwa Seung Jo sedang mandi. Ha Ni langsung pergi ke kamar dan ternyata Eun Jo melihat itu dan kebingungan. Ha Ni memeriksa pakaian Seung jo dan menemukan dompetnya Seung Jo. Ha Ni melihat kartu identitas Seung Jo dan ingin mengambilnya tapi Seung Jo datang ke kamar dan bertanya, “Apa yang kau lakukan dengan dompet orang lain?” Ha Ni kaget mendengar itu dan menjawab, “Aku hanya melihat dompetmu karena dompetmu terlihat cantik. Ah haruskah aku membeli dompet yang sama juga sepertimu?”
Seung Jo mengambil dompetnya dan berkata, “Apa kau selalu memeriksa dompet suamimu juga hah?” Ha Ni menggelengkan kepalanya da berkata, “Hmm bukan begitu.” Seung Jo bergumam, “Sepertinya uangku ada yang hilang.” Ha Ni sangat kesal dan berkata, “Apa yang kau bicarakan? Kenapa kau berkata seperti itu hah?” Seung Jo menyimpan dompetnya di bawah bantal dna bertanya, “Apa kau tidak akan tidur?” Ha Ni menjawab, “Aku akan tidur.”
Malamnya Seung Jo sudah tertidur dan Ha Ni berusaha mengambil dompet Seung Jo yang di letakan di bawah bantal. Pada akhirnya Ha Ni berhasil mendapatkan dompet itu. Seung Jo memeluk Ha Ni saat tidur dan Ha Ni diam-diam mengambil kartu identitas Seung Jo dan dia tersenyum senang.
Ibu Seung Jo dan Ha Ni datang ke kantor pendaftaran pernikahan untuk mendaftarkan pernikahan Seung Jo dan Ha Ni. Tapi petugas di kantor itu bilang bahwa pernikahan Seung Jo dan Ha Ni sudah terdaftar. Ibu Seung Jo dan Ha Ni kebingungan dan berkata, “Tidak mungkin. Kami baru pertama kali datang kemari.” Petugas itu lalu berkata, “Ah suamimu yang mendaftarkannya. Tuan Baek Seung Jo yang mendaftarkannya.” Ha Ni dan Ibu Seung Jo lagi-lagi kaget mendengar hal itu.
Ha Ni dan Ibu Seung Jo pulang ke rumah. Seung Jo langsung meminta kartu identitasnya di kembalikan dan Ha Ni bertanya, “Apa kau tau aku mengambilnya?” Seung Jo menjawab, “Ya.” Ibu Seung Jo lalu bertanya, “Hey kenapa kau begitu senang menggoda Ha Ni hah?” Seung Jo menjawab, “Menyenangkan menggodanya. Dia bekerja keras jika ada peluang. Sangat sulit untuk mengubah jurusan itu sehingga aku sengaja berkata seperti itu agar dia memikirkan hal itu dan berusaha. Tapi kau diam-diam menyentuh dompetku, aku kecewa.” Ha Ni buru-buru berkata, “Tidak. Aku akan berusaha dan bekerja keras jadi jangan kecewa.”
Ha Ni membantu Ibu Seung Jo mengelap piring dan berkata, “Semua orang berkata ini tidak mungkin. Tes untuk pindah jurusan ini sangat sulit. Dan mereka bilang sangat tidak mungkin aku masih jurusan perawat. Apa yang harus aku lakukan? Ijin pernikahan itu…” Ibu Seung Jo mendapatkan sebuah ide dan mengajak Ha Ni untuk pergi ke ruang belajar khusus.
Ibu Seung Jo membuka laptopnya dan mencari info mengenai cara membuat surat ijin pernikahan sendiri. Ha Ni berkata, “Tapi… Aku sudah berjanji padanya.” Ibu Seung Jo berkomentar, “Bagaimana bisa itu disebut janji jika dia melakukan hal ini sendiri? Ah ini lihat…. Suart ijin pernikahan harus di tandatangani oleh dua saksi. Ah baiklah Aku dan Bapa Seung Jo dapat menandatangi surat ijin itu.” Ha Ni sedikit ketakutan dan bertanya, “Apakah ini baik-baik saja?” Ibu Seung Jo menjawab, “Tentu saja ini baik-baik saja. Pertama kita akan melapor hal ini dan kau bisa mengambil tes perawat. Ah tapi ada masalah… Kita butuh kartu identitas Seung Jo. Apakah Seung Jo selalu membawa katu identitasnya?” Ha Ni kebingungan akan hal itu.
Joon Gu sibuk mempersiapkan untuk membuat menu bekal makan siang. Papah menghampriinya dan berkata, “Christine sudah lama tidak kemari.” Joon Gu berkomentar, “Hmm benarkah? Aku sangat sibuk sehingga tidak begitu menyadarinya.” Joon Gu terus sibuk menghitung barang dan Papah pun hanya terdiam.
Ha Ni sedang belajar mengenai teknik pernafasan di taman kampus dan Christine datang menghampiri Ha Ni dan bercerita bahwa dia menyukai Joon Gu. Ha Ni kaget mendengar cerita Christine dan berkata, “Benarkah?” Christine menjawab, “Ya. Joon Gu sangat keren” Ha Ni bertanya, “Apa bukan karena makanannya? Apa kamu tidak merasa kebingungan hah?” Christine menjawab, “Hmm tidak. Aku menyukai semuanya. Makanan buatannya dan juga penampilannya yang sangat laki-laki. Dan jika aku lihat cara bicaranya, dia itu terlihat seperti sedang bernyanyi indah. Ah aku harus kembali pada malam natal tapi aku tidak ingin pergi. Aku ingin tetap bersamanya. Jika Joon Gu memintaku untuk tidak pergi maka aku tidak akan pergi.”
Ha Ni tersenyum dan bertanya, “Aku mengerti. Apakah kau begitu menyukainya?” Christine menjawab, “Ya. Tapi dia bilang bahwa dia menyukai seseorang. Apa itu benar? Siapa itu?” Ha Ni kebingungan dan berkata, “Apakah dia berkata seperti itu? Itu tidak benar.” Christine sangat senang dan meminta agar Ha Ni membantunya, “Ha Ni kalau begitu bantu aku. Katakan pada Joon Gu bahwa aku ini cantik.” Ha Ni tersenyum dan berkata, “Baiklah…”
Rumah makan khusus bekal makan siang milik Joon Gu pun akhirnya di buka dan Min Ah, Joo Ri dan juga Bye Bye Sea yang mengedarkan selembaran untuk mempromosikannya.
Seung Jo datang ke restaurant itu bersama He Ra dan memberikan hadiah. Joon Gu bertanya, “Mana Ha Ni? Kenapa kau datang dengan wanita ini hah?” Ha Ni datang bersama Christine dan Christine memberikan hadiah yaitu tisu. Joon Gu berkomentar, “Kenapa kau memberikan hadiah ini untuk Restaurant baruku ini hah?” Ha Ni berkata, “Itu hadiah aku yang pilihkan.” Joon Gu langsung mengubah komentarnya, “Wow hadiah ini sungguh bagus. Benar-benar bagus.”
Papah berkata, “Boss Bong Joon Gu tamumu sudah datang jadi kau harus mengucapkan kata sambutan.” Joon Gu kebingungan dan berkata, “Ah kau saja yang memberikan sambutan.” Papah berkata, “Hey kau yang harus memberikan sambutan itu.”
Joon Gu pun mengucapkan kata sambutannya dan semuanya langsung bertepuk tangan. Christine berkata, “Kau sangat keren Bong Joon Gu. Ah Bong Joon Gu aku akan pergi ke Inggris tapi aku tidak ingin pergi. Katakan padaku agar tidak pergi maka aku tidak akan pergi.” Joon Gu kebingungan dan berkata, “Apa-apaan kau ini? Bukankah aku sudah bilang bahwa aku menyukai seseorang? Aku tidak menyukai siapapun juga kecuali Ha Ni.” Christine kaget dan bertanya, “Hah Ha Ni? Oh Ha Ni?” Joon Gu menjawab, “Ya aku hanya menyukai Ha Ni. Jika kau akan pergi ke Inggris maka pergilah dan jangan kembali.” Ha Ni langsung memarahi Joon Gu, “Hey Bong Joon Gu!” Christine langsung pergi keluar dan Ha Ni pun mengejarnya.
Orang-orang di Restaurant pun kaget mendengar hal itu dan tentu saja yang paling kaget mendengar hal itu adalah Seung Jo yang sepertinya terlihat cemburu.
Malam hari di rumah Seung Jo… Seung Jo sedang membaca buku di tempat tidur dan Ha Ni duduk di sampingnya. Ha Ni berkata, “Huh apa yang harus aku lakukan? Christine memutuskan untuk kembali ke Inggris. Awalnya dia mempercayaiku dan memberi tahu bahwa dia menyukai Joon Gu. Aku merasa telah mengkhianatinya.” Seung Jo bertanya, “Lalu kenapa kau selalu ikut campur dalam masalah orang lain?” Ha Ni menjawab, “Dia yang memintaku untuk membantunya.”
Seung Jo berkomentar, “Kau pasti suka itu. Ibu-ibu sudah memiliki skandal. Tapi.. Apa yang sebenarnya terjadi antara kau dan Bong Joon Gu? Dia melakukan hal itu walupun kita sudah menikah?” Ha Ni berkata, “Tidak apa-apa. Itu karakter Joon Gu selama menjadi murid di sekolah. Ah apakah kau cemburu?” Seung Jo kaget ditanya seperti itu dan menjawab, “Cemburu? Siapa yang cemburu? Biarkan saja mereka yang menyadari perasaan mereka. Jika kau terus terlibat mungkin keadaannya akan semakin memburuk. Biarkan saja mereka menyadari perasaannya.” Ha Ni berkata, “Ah ya aku berfikiran seperti itu juga.”
Ha Ni tersenyum dan berkata, “Ah kau juga melakukan hal itu.” Seung Jo kebingungan dan bertanya, “Apa maksudmu?” Ha Ni menjawab, “Kamu juga setelah meninggalkan semuanya kamu menyadari perasaanmu sebenarnya.” Seung Jo berkomentar, “Ah kau benar.” Ha Ni terus mengganggu Seung Jo dan Seung Jo berkata, “Sudahlah belajar saja.” Ha Ni berkata, “Ah benarkah kau cemburu dari awal? Ah jawablah. Aku tahu kau cemburu kan. Ah lucu sekali kau ini.” Seung Jo terus mengelak dan berkata, “Apa kau ini gila hah?” Ha Ni tertawa senang.
Restaurant bekal makan siang Joon Gu di buka dan Bye Bye Sea menjadi pelayannya. Salah seorang anggota Bye Bye Sea berkata, “Tapi dia sepertinya tidak datang.” Joon Gu bertanya, “Hah? Siapa?” Anggota Bye Bye Sea itu menjawab, “Christine. Apakah dia sudah berangkat?” Tamu-tamu mulai datang dan Bye Bye Sea pun langsung masuk ke dalam Restaurant untuk menyiapkan segalanya sementara Joon Gu masih diam di luar Restaurant.
Ha Ni bertemu dengan Joon Gu di taman dan dia berkata, “Christine sudah pergi. Kau sudah mendengarnya bukan?” Joon Gu balik bertanya, “Apa hubungannya denganku?” Ha Ni berkata, “Jawabalah dengan jujur. Apa kau tidak menyukai Christine?” Joon Gu menjawab, “Ya. Tidak suka.” Ha Ni bertanya, “Tapi kau begitu penasaran karena tidak melihatnya? Kau merindukannya kan?” Joon Gu menjawab, “Tidak mungkin. Bagiku hanya kau satu-satunya. Bukankah sudah ku bilang padamu bahwa kau keluargaku.”
Ha Ni berkomentar, “Sekarang ini aku sudah menikah. Seung Jo adalah keluargaku sekarang ini.” Joon Gu berkata, “Ya kau benar. Ah asuransi. Ya berfikirlah kalau aku ini asuransimu. Jika kau mengalami kesulitan maka kau bisa mencariku. Bukankah orang-orang mengambil asuransi saat sedang mengalami kesulitan?” Ha Ni meminta Joon Gu duduk di ayunan sebelahnya lalu dia berkata, “Joon Gu… Selama ini kau selalu mendukung semua yang aku telah lakukan. Memberi dukungan dan melakukan apapun yang aku minta. Terima kasih. Jadi saat ini… Hanya kali ini tolong dengarkan apa yang aku katakan. Duduk tenang dan pikirkanlah semua ini. Tataplah langit dan kau akan menyadari perasaanmu itu.”
Joon Gu terdiam dan mulai mengayukan ayunan sambil terus menatap langit mencoba mencari tahu apa perasaan sebenarnya pada Christine.
Kyung Soo sedang duduk di bawah pohon sambil melihat sebuah kertas yang memberi tahu dia untuk melakukan wajib militer. Kyung Soo bertemu dengan He Ra dan memperlihatkan kertas itu. He Ra berkata, “Jadi untuk apa kau memperlihatkan pemberitahuan wajib militermu itu padaku?” Kyung Soo menjawab, “Aku hanya… Aku tidak tahu. Untuk beberapa alasan aku pikir kau perlu mengetahui hal ini.” He Ra kembali bertanya, “Kenapa? Ah jangan-jangan karena pada saat itu aku menangis di depanmu? Kau tidak berfikir bahwa ada sesuatu yang istimewa terjadi diantara kita kan?” Kyung Soo menjawab, “Ah tidak. Aku tidak sebodoh itu. Saat aku melihatmu menangis… aku tidak memikirkan itu jadi jangan khawatir.”
Kyung Soo lalu berkata, “Aku.. Aku akan mengatakan hal ini tapi aku minta kau jangan merasa terbebani. Saat kau merasa bosan… benar-benar bosan… Sebuah surat hmm maukah kau menulis sebuah surat untukku?” He Ra langsung menjawab, “Tidak. Itu mengganggu bahkan itu bukan e-mail.” Kyung Soo tertawa kecewa dan berkata, “Benar ini bukan e-mail. Mana mungkin kau punya wkatu menulis surat dan menempelkan perangko lalu mencari kotak surat. Ah mungkin saat itu juga kau lebih memilih tidur.” He Ra menjawab, “Ya. Benar.”
Kyung Soo kecewa mendengar itu dan berkata, “Baiklah kalau begitu aku akan pegri.” Giliran He Ra yang kecewa saat melihat Kyung Soo akan pergi. Kyung Soo tiba-tiba berkata, “He Ra aku memiliki satu permintaan lagi. Ini adalah permintaan yang sebenarnya. Mulai sekarang… jangan menangis sendirian. Waktu itu kau menangis di bahuku itu terasa seperti tulangku meleleh. Aku benar-benar akan pergi sekarang. Jaga dirimu.”
Kyung Soo berjalan pergi dan He Ra tiba-tiba berkata, “Jika aku sedang bosan maka aku akan mengunjungimu.” Kyung Soo kaget mendnegar hal itu namun dia senang apalagi He Ra tersenyum padanya.
Ha Ni sedang belajar di perpustakaan tapi dia merasa mengantuk dan akhirnya tertidur dan kepalanya membentur meja sehingga mahasiswa yang lain tertawa melihat hal itu. Ha Ni mencoba fokus belajar dan berkata, “Aku sebenarnya tidak ingin melakukan ini tapi Seung jo memintaku untuk melakukannya. Benar, aku tidak boleh mengecewakannya.”
Ha Ni mengubah settings di HPnya dan dia tersenyum saat melihat HPnya itu ada kata-kata, “Seung Jo cinta Ha Ni. Bahagia. Berjuanglah!” Tiba-tiba ada yang menepuk punggung Ha Ni dan itu adalah Kyung Soo yang mengajak Ha Ni untuk berbicara di luar perpustakaan.
Kyung Soo menceritakan surat pemanggilan wajib militer kepada Ha Ni dan Ha Ni kaget mendengar hal itu. Kyung Soo berkata, “Kau satu-satunya yang sedih karena aku masuk wajib militer. Bahkan orang tuaku saja senang mendengar hal itu karena biaya kuliah sangat mahal. Tapi aku datang kemari bukan untuk mengatakan hal itu. Aku kemari untuk berterima kasih padamu.” Ha Ni bertanya, “Padaku? Untuk apa?” Kyung Soo berkata, “Kau selalu memberi tahuku mengenai ketulusan. Mengatakan yang sebenarnya adalah hal terbaik.” Ha Ni berkata, “Tentu saja itu baik. Tunggu… Kau membuat pengakuan pada He Ra?” Kyung Soo berkomentar, “Kenapa aku harus mengaku? Aku tidak mengaku tapi aku melakukan hal semacam pengakuan.” Ha Ni tersenyum mendengar hal itu.
Kyung Soo berkata, “Jujur dengan melihatmu aku telah belajar banyak. Tapi aku tidak melakukan semua itu karena aku terlalu takut mencobanya. Aku takut gagal ataupun di tolak, jadi aku tidak pernah mengaku padanya. Aku selalu seperti itu. Tapi saat aku melihatmu, aku mulai berfikir, ‘Siapa yang akan melihatku gagal? dan siapa yang peduli jika aku di tolak?’ Ini adalah pola pikirku sekarang. Aku mempelajari semua itu setelah melihatmu. Terima kasih padamu karena aku memiliki waktu yang menyenangkan. Dan itu lah sebabnya Kakakmu ini akan memberikan hadiah padamu.”Ha Ni senang dan langsung mengulurkan tangannya untuk menerima hadiah namun Kyung Soo mendorong tangan Ha Ni dan berkata, “Bukan seperti ini.”
Kyung Soo berkata, “Bukankah kau ingin masuk jurusan perawat? Saat aku masuk wajib militer maka aku akan membuka tempat agar kau bisa masuk jurusan perawat.” Ha Ni berkomentar, “Bagaimana bisa kau melakukan itu? Bahkan kau tidak ada di jurusan perawat.” Kyung Soo berkata, “Ha Ni didunia ini hanya negara kita yang memiliki prorgam yang di sebut wajib militer. Apa kau ingat mengenai temanku yang ada di bidang perawat juga? Dia adalah seorang pria dan dia teman kamarku. Ketika aku masuk wajib militer maka dia juga akan aku ajak untuk pergi bersama. ” Ha Ni bertanya, “Benarkah?” Kyung Soo menjawab, “Ya.Apa yang akan dia lakukan jika dia tidak pergi? Dia itu teman sekamarku jadi jika aku pergi maka dia juga harus pergi dan jika aku ikut wajib militer maka dia juga akan ikut wajib militer.”
Ha Ni benar-benar senang mendengar hal itu karena jika teman Kyung Soo ikut wajib militer maka akan ada kesempatan untuknya masuk kedalam jurusan perawat. Kyung Soo berkata, “Hanya ini yang dapat aku berikan. Aku tidak dapat membantu ujianmu jadi aku harap kau melakukan yang terbaik dan dapat diterima.” Ha Ni langsung melompat kesenangan dan berterima kasih banyak pada Kyung Soo. Kyung Soo bertanya, “Apa kau sekarang ini senang karena aku masuk wajib militer?” Ha Ni menjawab, “Ya. Aku senang sekali.”
Joo Ri masih di salon dan dia menunggu laki-laki yang selalu datang saat salon akan di tutup tapi ternayat laki-laki itu tidak datang juga. Saat Joo ri akan pulang, laki-laki itu datang dan Joo Ri terlihat senang. Laki-laki itu meminta rambutnya di potong lebih pendek dan Joo Ri berkata, “Hmm tapi rambutmu ini sudah pendek.” Laki-laki itu berkata, “Potong saja.” Joo Ri mengerti dan mulai memotong rambut laki-laki itu.
Laki-laki itu tiba-tiba berkatan, “Aku akan masuk wajib militer.” Joo Ri terlihat kecewa dan berkata, “Ah kalau begitu kita tidak bisa melakukan hal ini lagi.” Joo Ri tiba-tiba memeluk laki-laki itu dan berkata, “Ini baik-baik saja. Jangan khawatir, aku akan menunggumu…”
Ha Ni memperlihatkan surat dia mengajukan permohonan ganti jurusan kepada Seung Jo. Seung Jo berkomentar, “Tesnya sebentar lagi.” Ha Ni menjawab, “Ya tidak tersisa waktu banyak. Apa yang harus kulakukan? Persaingannya sangat ketat.” Seung Jo berkata, “Berjuanglah.” Seung Jo sudah mau tidur namun Ha Ni melarangnya dan berkata, “Hey pilihkan pertanyaan yang kira-kira akan muncul di ujian. Tolonglah. Aku mohon darimu.”
Akhirnya mereka pun belajar bersama dan Seung Jo menanyakan beberapa pertanyaan yang kira-kira akan keluar di ujian. Ha Ni menjawab semua pertanyaan dan Seung Jo berkomentar, “Ini tergantung padamu. Kau bahkan tujuan hidupmu saja masih aku yang menentukan.” Ha Ni tiba-tiba berkata, “Aku punya tujuan. Jika aku berhasil melewati semua ini maka kencan di malam natal. Kita bahkan menikah tanpa pernah kencan dan saat bulan madu juga. Jika aku melewati semuanya maka ayo kencan di malam natal.” Seung Jo berkata, “Hmm baiklah.” Ha Ni senang dan kembali berkata, “Full day!” Seung jo tersenyum dan berkata, “Baiklah.” Ha Ni benar-benar senang mendengar hal itu.
Ha Ni bertaya, “Ah apakah kita juga harus berlatih praktikum pertolongan utama dengan nafas buatan secara langsung? Aku mempelajari hal itu tapi aku belum mencobanya…”
Akhirnya Seung Jo tiduran di tempat tidur untuk menjadi bahan uji coba latihan Ha Ni dan dia berkata, “Ingat harus 100 tekanan setiap menitnya.” Ha Ni berkomentar, “Baiklah aku mengerti. Pertama cek nafas ah tidak ada lalu buka sumber nafas lainnya yaitu mulut.” Ha Ni mau memberikan nafas buatan namun dia ragu-ragu dan itu membuat Seung Jo berkata, “Hey kau ini apa-apaan? Ini darurat. Kau merasakan itu?” Ha Ni gugup dan berkata, “Apa maksudmu dengan kata ‘merasakan’ hah?” Seung Jo berkata, “Sudah cepat lakukan apa yang harus kau lakukan selanjutnya.”
Ha Ni menekan dada Seung Jo dan Seung Jo berkomentar, “Kau ini sedang memberikan pertolongan pada orang sakit atau orang sehat?” Ha Ni berkata, “Aku pikir ini menyakitkan ah baiklah aku akan mengulangnya lebih keras.” Seung Jo berkata, “Istirahatlah sebentar. Kemari.” Seung Jo memeluk Ha Ni dan Ha Ni berkata, “Tapi aku perlu berlatih.’ Seung Jo berkata, “Ini juga pelajaran.”
Tiba-tiba pintu terbuka dan Eun Jo kaget saat melihat Seung jo sedang memeluk Ha Ni. Seung Jo dan Ha Ni juga kaget sehingga langsung terbangun. Eun Jo berkata, “Aku hanya ingin mengatakan sesuatu… Kakak, Kakak Ipar Oh Ha Ni. Di kamar sebelah itu ada aku yang baru akan menjadi remaja jadi tolong jangan ribut!” Ha Ni dan Seung Jo sama-sama malu dan meminta maaf.
Hari ujian perawat tiba. Seung Jo dan Ibu Seung Jo mengantarkan Ha Ni ke tempat ujian. Ibu Seung Jo berkata, “Ha Ni makan ini. Kau bilang tes ini ada 2 sesi?” Ha Ni menjawab, “Ya. Tes tertulis dan tes wawancara. Aku sangat tegang.” Ibu Seung Jo berkomentar, “Tenanglah kau akan melaluinya.” Seung Jo berkata “Cepatlah waktunya sebentar lagi.” Ha i mengerti dan langsung turun dari mobil setelah di beri semangat oleh Ibu Seung Jo.
Ibu Seung Jo berkomentar, “Dia sebenarnya bisa memilih jalan yang mudah tapi ternyata dia memilih jalan yang sulit.” Sementara itu Seung jo terlihat tersenyum.
Ha Ni dapat mengerjalan ujiannya dengan mudah dan selesai ujian dia langsung menelfon Min Ah dan berkata, “Bagaimaa mungkin dia bisa tahu persis apa yang di tanyakan? Wah aku benar-benar menikah dengan pria yang menakjubkan. Min Ah, bagaimana jika aku diterima di fakultas perawat ini?”
Ha Ni di panggil menuju ruang wawancara dan ternyata yang mewawancarainya itu wanita yang dulu juga mewawancarainya untuk masuk Universitas Parang. Wanita itu berkomentar, “Oh kau si siput itu? Kau beruntung ternyata.” Wanita itu meminta Ha Ni untuk melakukan pertolongan pertama pernafasan buatan dan Ha Ni sangat gugup sehingga dia melewatkan hal-hal kecil yang membuat wanita itu terus berkomentar. Ha Ni mencoba menekan dada boneka pasien dan dia mengingat kata-kata Seung Jo yang meminta di tekan lebih keras sehingga Ha Ni menekan dada boneka itu sangat keras.
Wanita itu berkata, “Cukup. Kau bisa membunuh korban itu jika terlalu keras menekan dadanya. Bahkan tulang rusuknya bisa patah jika kau melakukan hal itu. Kami tidak mungkin menerima seorang yang justru akan membunuh pasien.” Ha Ni benar-benar kecewa medengar hal itu.
Ha Ni memberi tahu keluarga di rumah bahwa dia tidak lolos ujian bahkan dia dibilang tidak pantas masuk jurusan itu karena bisa membuat pasien meninggal. Tentu semua anggota keluarga sedih menengar hal itu. Eun Jo berkomentar, “Bukankah sudah ku bilang bahwa itu tidk cocok untuknya?” Ibu Seung Jo langsung memarahi Eun Jo. Papah bertanya, “Ha Ni lalu apa yang akan kaulakukan sekarang?” Ha Ni berkata, “Aku terlalu mengambil keputusan dengan midah. Ah aku akan memikirkan jurusan apa yang akan aku ambil selanjutnya maka aku akan permisi pergi ke kamar duluan.”
Ha Ni pergi ke kamarnya dan Ibu SeungJo berkata, “Ha Ni pasi sangat kecewa.” Bapa Seung Jo juga berkomentar, “Dia memiliki nasib yang buruk karena bertemu dengan wanita yang mewawancarainya itu.” Seung Jo juga merasa kasihan pada Ha Ni.
Seung Jo masuk ke kamar dan berkata, “Hmm apa yang harus aku lakukan? Aku pikir tidak akan ada kencan.” Ha Ni berkata, “Huh ya tidak ada yang bisa kita lakukan.” Seung Jo berkomentar, “Bagaimana ini? Aku sungguh ingin pergi kencan dengan Oh Ha Ni. Baiklah aku tidak bisa membatalkan ini karena janji adalah janji. Tapi aku pikir makan malam saja tidak cukup.” Ha Ni tersenyum dan bertanya, “Benarkah?” Seung Jo tersenyum dan menganggukan kepalanya.
Joon Gu sedang membuat makanan di Restaurant Papah. Papah berkata, “Apa yang kau lakukan disini? Laki-laki seusiamu seharusnya pergi bermain pada malam natal ini.” Joon Gu bertanya, “Apa yang harus aku lakukan pada malam natal ini?” Papah menjawab, “Ah ya. Chrisitne akan pergi hari ini. Bukankah dia bilang akan pergi pada malam natal? Ah ya katanya dia akan pergi dengan pesawat pukul 7 malam ini.” Joon Gu tetap terdiam dan Papah berkata, “Ah seharusnya dia sekarang ini sedang ada di bandara.” Joon Gu pun mulai memikirkan kata-kata Papah.
Ha Ni memilih baju dan tas untuk makan malam hari ini bersama Seung Jo. Dia melihat jamnya dan terkejut karena dia sudah terlambat sehingga dia terburu-buru kelur kamar dan pergi.
Ha Ni pergi menggunakan taxi dan lalu lintas sedang sangat macet. Ha Ni meminta supir taxi untuk lebih cepat namun supir itu bilang bahwa dia tidak bisa melakukan hal itu karena lalu lintas sedang macet. Ada motor yang melintas dan tertabrak oleh mobil. Ha Ni sangat kaget melihat hal itu.
Si korban adalah seorang wanita dan dia terjatuh dari motornya dan pingsan. Ha Ni menghampirinya untuk memberikan bantuan namun dia ingat kata-kata wanita pewawancara yang bilang bahwa dia ini dapat membunuh pasien. Ha Ni jadi takut menolong dan menghindar namun dia melihat korban itu dan benar-benar kasihan. Ha Ni mengingat kata-kata Seung Jo yang bilang bahwa dalam waktu 5 menit jika korban di diamkan saja maka akan terjadi pendarahan otak dan jika di biarkan 10 menit maka akan meninggal.
Ha Ni pun meminta orang-orang untuk menyingkir karena dia ingin menolong korban itu. Ha Ni memberikan bantuan nafas buatan dan terus berusaha menekan dada korban itu. Ha Ni meminta agar orang-orang segera memanggil ambulan namun orang-orang itu justru kebingungan, akhirnya Ha Ni menunjuk satu orang dan meminta segera di panggilkan ambulan. Ha Ni terus berusaha memberikan pertolongan dan akhirnya korban itu sadar. Ha Ni merasa sangat lega karena hal itu.
Joon Gu berlari masuk ke dalam bandara. Joon Gu ingin masuk ke ruangan check in namun petugas bandara menahannya karena dia tidak memiliki tiket untuk masuk kedalam. Joon Gu meminta wkatu 1 menit saja namun petugas tetap tidak memperbolehkannya.
Joon Gu pun duduk di kursi dan berkata, “Apa yang kau lakukan disini Bong Joon Gu? Kenapa kau ada disini? Apa kau gila?” Ternyata Christine belum pergi, dia duduk di belakang Joon Gu dan sangat senang saan melihat Joon Gu, “Wow Mr Bong. Aku benar ternyata kau datang. Kau datang kemari untuk mendapatkanku kembali dan memintaku agar tidak pergi kan?” Joon Gu gengsi dan berkata, “Aku datang bukan untuk menghentikanmu tapi untuk mengantarmu. Aku datang terlambat karena macet. Kenapa kau ada di sini dan bukannya di dalam? Apa ada salah jadwal?” Christine tersenyum dan berkata, “Aku sudah masuk kedalam tapi aku keluar kembali. Jika aku masuk kedalam, perasaanku akan sangat sakit.”
Papah sedang berada di Restaurant sendirian dan dia berkata, “Malam ini hanya ada aku disini. Ha Ni pergi menemui suaminya. Joon Gu sepertinya pergi ke bandara.” Papah menatap patung cetakan tangannya dan Ibu Ha Ni lalu dia berkata, “Selamat Natal.”
Ha Ni pergi ke Rumah sakit untuk mengantar korban tadi. dokter menghampiri Ha Ni dan berkata, “Kau melakukan pertolongan dengan baik. Apa kau belajar dalam jurusan perawat?” Ha Ni menjawab, “Aku… tidak. Hanya…” Dokter menepuk pundak Ha Ni dan bertkata, “Jika kau tidak melakukannya maka sesuatu yang besar akan terjadi.” Ha Ni tersenyum mendengar komentar baik itu. Ha Ni melihat jamnya dan teringat janji makan malamnya dengan Seung Jo.
Ha Ni pergi ke Restaurant tempat janjian dengan Seung Jo dan ternyata di Restaurant itu sudah sepi. Seorang pelayan berkata, “Nyonya maaf tapi restaurant kami sudah tutup.” Ha Ni sedih dan berjalan keluar dan ternyata dia melihat Seung Jo maish menunggunya. Ha Ni berkata, “Ada kecelakaan di jalan.” Seung Jo berkomentar, “Kau seharusnya segera mengirimkan pesan. Aku sangat khawatir. Kau baik-baik saja? Apa terjadi masalah besar?” Ha Ni langsung berlari memeluk Seung Jo dan berkata, “Aku pikir kau sudah pergi.”
Mereka pulang bersama dan Ha Ni berkata, “Aku lapar. Setidaknya ayo pergi ke Restaurant Hamburger. Ah sudahlah sebaiknya kita pulang saja. Ternyata sulit untuk melakukan satu kali kencan itu.” Seung Jo hanya tersenyum mendengar ucapan Ha Ni.
Joon Gu duduk bersama Christine di bandara. Joon Gu berkata, “Walaupun aku sudah memberi tahumu sebelumnya tapi ya Ha Ni selalu berada dihatiku. Jika bukan karena Ha Ni maka kau tidak akan datang kemari. Ini adalah kesetiaan, persahabatan atau cinta… Apapun mengenai itu Ha Ni sudah terpaku di hatiku. Kamu mengerti? Hmm jadi karena itu aku tidak akan bisa melupakannya. Apa kau menerimanya?” Christine kesal dan berkata, “Aku tidak bisa menerimanya! Bagaimana mungkin aku bisa menerima itu?” Joon Gu berkata, “Baiklah kalau begitu aku akan pergi.”
Christine mencegahnya dan berkata, “Baiklah aku juga dapat terpaku di hatimu. Jika Ha Ni hanya seorang siput maka aku akan menjadi 10, 20, 100 siput. Aku akan terpaku di hatimu!” Joon Gu kebingungan dan berkata, “Apa kau mencoba membunuhku hah? Jika kau memaku-ku maka aku akan mati. Walaupun hanya 1 paku itu akan sakit.” Christine lalu berkata, “Kalau begitu ah bunga! Ya aku akan melindunginya dengan bunga karna aku tidak suka Mr.Bong bersedih.” Joon gu tertawa dna berkata, “Bocah ini… Berhentilah dengan perumpamaan itu.Aku membuat kimchi mentimun, kenapa kau tidak datang dan mencobanya? Ayo pergi.”
Christine merangkul tangan Joon Gu dan Joon Gu berkata, “Hey apa-apaan kau ini? Banyak orang yang melihatnya.” Christine mencium pipi Joon Gu dan langsung pergi. Joon Gu pun langsung mengejarnya.
Seung Jo mengendarai mobilnya dan berhenti di sebuah taman. Ha Ni berkata, “Bukankah pada malam hari mobil tidak boleh kemari?” Seung Jo berkatam “Hmm mungkin saja.” Ha Ni berkata, “Bagaimana jika kita ketahuan?” Seung Jo berkata, “Jangan sampai ketahuan. Bukankah menyenangkan sekali-kali melanggar aturan itu?”
Ha Ni tersenyum dan bertanya, “Baek Seung Jo ada apa denganmu? Aku tidak memiliki ide apapun. Kau sangat keren.” Seung Jo berkata, “Apa kau baru menyadari bahwa aku ini memang sungguh mempesona. Kau dalam masaah besar sekarang karena jatuh dalam pesona Baek Seung Jo.” Ha Ni tertawa mendengar ucapan itu.
He Ra sedang berjalan-jalan dan dia masuk kedalam restaurant Hamburger karena teringat akan Kyung Soo dahulu. Kyung Soo menelfon He Ra dan berkata, “He Ra sedang apa kau?” He Ra tersenyum dan berbohong, “Hmm aku sedang bersama teman-temanku. Apa kau makan dengan baik di tempat wajib militer? Ah apa maksudmu kalau aku sedang memikirkanmu? Ah baiklah sedikit demi sedikit…” He Ra terus menelfon Kyung Soo dan tersenyum ceria.
Ibu Seung Jo, Bapa Seung jo dan Eun Jo melewatkan malam natal bersama di rumah dan Eun Jo sudah tertidur terlebih dahulu. Ibu Seung Jo berkomentar, “Aku pikir natal tahun ini kau akan sibuk.” Bapa Seung Jo berkata, “Bagaimanapun aku ingin melewatkan natal denganmu. Tumben sekali Eun Jo tidak ada acara. Ah selamat natal.”
Seung Jo lalu berkata, “Sekarang kau menajadi senior. Aku bahkan belum mendapatkan pasienku sementara kau sudah menyelamatkan seseorang dan membunuh sebuah boneka.” Ha Ni berkomentar, “Hmm sebenarnya ini berbeda dari saat percobaan dengan boneka. Aku tidak merasa takut dan yang aku pikirkan hanya menolongnya. Aku bahkan lupa dengan janji denganmu. Aku ingin menjadi suster karenamu dan ternyata ini lebih hebat dari yang aku pikirkan. Aku pikir aku akan mencoba mendaftarnya kembali.” Seung Jo tersenyum dan berkata, “Aku akan membantumu.”
Ha Ni berkata, “Ah natal ini menyenangkan.”Seung Jo berkomentar, “Setahun penuh akan terasa natal jika bersamamu. Selamat natal.” Ha Ni tersenyum dan balas berkata, “Ya selamat natal.”
Ha Ni tiba-tiba memeluk Seung Jo dan menciumnya. Seung Jo berkata, “Hey bagaimana jika ada yang melihatnya? Seharusnya pria yang melakukan ini duluan hey! Kenapa kau melakukan ini dengan cepat hah?” Ha Ni tidak mendengarkan protes dari Seung Jo dan terus menciumnya.
Restaurant Joon Gu sangat laris dan kini Joon Gu bersama Christine mengelola Restaurant itu bersama. dan ya Joon Gu terlihat senang saat melihat Christine yang membantunya di Restaurant.
Min Ah mengadakan launching komiknya dan memberikan tanda tangan pada penggemarnya. Min Ah bertanya, “Ah aku akan menandatangani buku ini atas nama siapa?” Seorang laki-laki menjawab, “Lee Jin Ki.” Min Ah menatap laki-laki itu dan tersenyum. Laki-laki itu mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dan Min Ah malu-malu menjabat tangan laki-laki itu.
Joo Ri seperti biasa sedang sibuk di salon dan ada yang datang dengan menggunakan seragam tentara. Joo Ri terlihat senang dan menghampiri laki-laki itu. Joo Ri langsung memeluknya dan laki-laki itu balas membalasnya.
Eun Jo berjalan kaki untuk pulang dan ada seorang perempuan yang memberikan surat cinta untuk Eun Jo. Eun Jo tidak mempedulikan surat cinta itu dan langsung pergi. (Omo Baek Seung jo kedua nih kayanya hehe :”)
Sementara itu Ibu Seung Jo, Bapa Seung Jo dan Papah Ha Ni berlibur bersama-sama.
He Ra datang ke camp wajib militer dan membawa banyak makanan. Tentara penjaga bertanya, “Apa ini?’ He Ra menjawab, “Ini untuk tentara Kyung Soo.” Tentara penjaga mempersilahkan He Ra masuk dan He Ra pun langsung melambaikan tangan pada para tentara yang terpesona padanya.
Seung Jo dan Ha Ni maish di dalam mobil dan berciuman. Tiba-tiba Seung Jo berkata, “Aku mencintaimu…”

 THE END

Tidak ada komentar:

Posting Komentar